Media, Gempa dan Rasa Ketakutan Warga
Oleh : Arief Kamil | 15-Okt-2010, 02:19:33 WIB
KabarIndonesia - Dua hari belakangan ini warga Sumatera Barat (Sumbar) benar-benar dibuat resah dengan berita hasil penelitian Tim 9 mengenai ancaman gempa Megathrust berkekuatan 8,9 Skala Richter yang akan melanda Sumatera Barat. Hampir seluruh surat kabar lokal di Padang, kecuali Harian Singgalang menurunkan head line seputar ancaman gempa yang kata para ahli bakal diikuti tsunami setinggi lebih dari lima meter tersebut.
Laksana mendapat sebuah bocoran tentang kematian, sebagian besar masyarakat tak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. Sebagian besar koran harian yang memuat berita seputar gempa bumi habis di pasaran. Anehnya setelah mereka membeli
lembaran koran, rasa penasaran berubah menjadi ketakutan. Mereka tidak sadar kalau telah membeli rasa takut seharga Rp 3000.
Sangat disayangkan, setelah masyarakat Sumatera Barat berangsur pulih dari trauma gempa September 2009, tidak tahunya mimpi buruk itu datang lagi. Bahkan ancaman gempa kekuatannya melebihi dari yang pernah terjadi setahun silam dan katanya bakal diikuti tsunami seperti yang pernah terjadi di Aceh.
Memang tujuan para ahli memberikan informasi mengenai ancaman gempa bertujuan supaya masyarakat siap dan tidak panik menghadapi situasi terburuk. Jika gempa benar-benar terjadi. Falsafah "sedia payung sebelum hujan," sepertinya dipahami betul pakar gempa di Republik ini. Buktinya mereka telah berkoar sebelum Tuhan menggariskan takdirnya di Bumi Ranah Minang. Salut!
Namun yang harus digarisbawahi juga, kalangan ahli diharapkan jangan hanya menjual "kecap" mengenai penelitiannya. Kalau memang ancaman itu ada dan mereka yakini, alangkah baiknya langsung memaparkan penemuannya kepada khalayak ramai
bukan hanya melalui media massa.
Rakyat Sumbar yang sudah terlanjur resah akan berita di media, harusnya jangan dibuat takut lagi. Pemerintah dan Tim 9 seharusnya mengayomi masyarakat, memberikan solusi, bantuan moril dan bisa menenangkan keresahan sehingga berita itu tidak menimbulkan polemik di tengah warga.
Masyarakat juga diharapkan jangan mudah terpancing dengan isu penelitian, penemuan atau ramalan dari siapapun termasuk dari para ahli. Yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan diri semaksimal mungkin dalam menghadapi bahaya yang mengintai. Bukan hanya gempa bumi dan tsunami saja tetapi juga tanah longsor, bahkan banjir sekalipun, mengingat intensitas curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini.
Mari kita kembalikan sepenuhnya kepada Tuhan selaku otoritas pemilik hidup. Tidak ada satu pun yang bisa menerka dan memastikan segala sesuatu yang terjadi di bumi. Hal yang kita yakini akan terjadi pun bisa dengan sesaat dimentalkan Tuhan. Kun Fayakun, terjadi maka terjadilah. Apa kita bisa menahan keinginan Tuhan? (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar