TERIMA KASIH KARENA ANDA TELAH MEMBUKA BLOG INI

Tulisan di BLOG ini pernah terbit di : Harian Singgalang, Haluan, Padang Ekspres, Harian Kabar Indonesia Online,www.sumbarONLINE.com, Inioke.com, Majalah Gema Lentera dan Korandigital.com. Thank's To All......( I'm just a beginner writer who still continue to learn and keep learning )

Rabu, 13 Oktober 2010

GADO - GADO CINTA "LOMBA MENULIS CERITA CINTA HPP 2010"

TAK MUNGKIN BERUBAH
Arief Kamil

Bagaimana rasanya memiliki kekasih yang menekuni profesi penyiar radio? menurut
ku sama saja, tidak ada bedanya dengan mereka yang bekerja sebagai guru, Bidan,
Karyawan Bank, toko atau pengangguran sekali pun. Tapi memacari penyiar radio
sepertinya sedikit membutuhkan kesabaran yang ekstra dan harus kebal dengan yang
namanya rasa cemburu. Sanggup?

Sebagai Penyiar di salah satu stasiun radio dengan raihan pendengar terbanyak,
Sasa memang mendapat tempat di hati pendengarnya. Wajar, selain cantik, punya
modal suara bagus, Sasa juga dikenal dekat dengan pendengar. Apalagi baru –
baru ini gadis manis itu juga melebarkan sayapnya menjadi host di salah satu tv
swasta lokal terkemuka. Mungkin atas dasar itu pula banyak fans yang tertarik
untuk mendekat. Indikasi itu bukan terjadi pada sesi off air saja , saat line
interaktif pun banyak pendengar cowok yang menggoda dan sampai meminta nomor
telepon segala. Bukan itu saja, pertanyaan pribadi seperti, “ sudah punya Pacar
“ atau terang – terangan mengajak bertemu juga sering terjadi. Malah ada
pengagum rahasia yang setiap saat meneror gadis itu melalui telepon atau SMS.
Namun syukurlah kejadian itu tidak berlangsung lama dan diam dengan sendirinya.

Hubungan ku dengan Sasa sudah berjalan 3 tahun. Tidak ada masalah yang berarti
sebenarnya. Aku pun sudah biasa menghadapi fans Sasa yang terkesan dan sedikit
gila. nekat Bagiku hal – hal seperti itu sudah biasa di dunia intertaiment yang
memang berkewajiban menghibur siapa pun. Saking fasih-nya dengan keadaan, rasa
cemburu pun sudah nyaris hilang dan lenyap begitu saja. Aku percaya Sasa tidak
mungkin mengkhianati hubungan yang telah lama ter-bina.

Kemarin saat pulang Sasa cerita kalau ia sedang gencar didekati tiga cowok
secara bersamaan. Anehnya mereka datang dari anak perusahaan yang sama. Aku
hanya tertawa geli sambil berusaha membuang muka karena tidak tega melihat
tingkah nya yang konyol.

”Terus bagaimana dong ?“ protes Sasa menyadari sikapku yang terlihat dingin.

“Pacari saja, siapa tau ada yang cocok,“ sedikit keki gadis itu mencubit
pinggang ku.


“Beneran nih.”

“Coba saja kalau berani,“ ujar ku dengan tampang jenaka.

“Aneh, Adit, Tio dan Rian ternyata punya perasaan yang sama, targetnya juga
sama.”

“Sepertinya tidak ada aneh, berarti mereka tahu siapa cewek yang tepat untuk di
jadikan pacar,“ jawabku singkat.

“Aku harus ngapain dong ?“ mimik Sasa yang mirip orang ling lung.

“Bilang saja kalau kamu sudah punya cowok, itu saja kok repot?”

“Mereka sepertinya tidak mau tahu, buktinya sudah ngomong begitu tetap saja
enggak ada pengaruhnya, malahan Adit selalu mengajak pulang bareng. Di tolak
terus sepertinya enggak enak juga.“

Tidak bisa ku pungkiri sejak kehadiran Adit, rasa was – was yang tidak pernah
ada sebelumnya tiba – tiba hadir tanpa pernah diundang. Usahanya yang gencar
dalam mendekati Sasa merupakan ancaman serius yang tak bisa kuiamkan begitu
saja. Bermodal tampang yang agak lumayan, cameraman andalan dan juga tercatat
sebagai salah seorang karyawan di perusahaan BUMN terkemuka, bisa dijadikan
modal bagi nya untuk merampas Sasa dari tanganku. Aku tak rela.

Dibanding Jo dan Tio, Adit sepertinya masih ada peluang untuk mempengaruhi Sasa.
Bukannya tidak percaya dengan cintanya sasa tapi, yang namanya cewek bisa saja
tergoda dan aku tidak menutup kemungkinan untuk itu.

***
Sepertinya rasa was – was yang selama ini bermain di benakku sedikit menemukan
titik terang. Kian hari usaha Adit mendekati Sasa semakin gencar saja. Seperti
sore kemarin misalnya, cowok itu berhasil melumpuhkan hati pujaan hati ku dan
sukses mengantar nya pulang. Salahnya Sasa tidak memberi ku kabar kalau ia
diantar Adit. Ujung – ujungnya aku yang terlanjur sampai di studio harus
berbalik arah dan menyesali usaha yang berbuah sia- sia.

Semenjak kejadian itu sikap Sasa sedikit berubah. Banyak alasan yang kudapati di
saat mengajak nya pulang pas siaran sore. Ada saja jawabannya, menyusunlist lagu
lah, mengisi suara untuk iklan lah, intinya Sasa berusaha menolak setiap tawaran
diriku. Setiap ditelepon jawabnya selalu sumbang, SMS – pun kadang jarang di
balas.

“Besok siaran sore kan? pulang bareng yuk,” tawar ku saat apel malam Minggu ke
rumahnya.

“Duh…lagi banyak tugas, bikin list buat seminggu. Palingan pulangnya habis
magrib.“

”Ya sudah, habis magrib saja aku jemput.“

“Tidak usah, takut ngerepotin,“ ujar Sasa seperti menghindar.

“Kok gitu ? angkot kan susah?“

“Iya, tapi kan masih ada ojek.“

Aku hanya bisa pasrah dengan jawaban yang tidak mengenakan darinya. Entah kenapa
perubahan itu begitu cepat terjadi. Sasa yang dahulunya perhatian dan hangat
tiba – tiba saja berubah seratus delapan puluh derajat. Apa yang salah ?

***

Sore itu tidak sengaja aku lewat di depan studio, tidak ada rencana sama sekali.
Sepertinya ada yang menggerakkan hatiku untuk tidak menempuh jalur pulang
seperti biasanya. Maklum kalau tidak menjemput Sasa aku lebih memilih jalan
lain yang jauh lebih longgar dari kemacetan.

Tepat di depan radio mataku menangkap sesosok makhluk yang begitu ku kenal. Ia
terlibat perbincangan serius dengan seorang laki-laki. Tidak begitu lama mereka
pun berangkat dengan sebuah sepeda motor. Hatiku berdesir hebat menyadari apa
yang baru saja terjadi di hadapanku.

Rasa takut serta merta mendera, irama rasa cemburu terbentang jelas tatkala ku
saksikan kemesraan diantara mereka yang merobek hati.

Apa ini balasan dari kesetianku selama ini? inikah akhir dari cerita cinta yang
ku jaga. Dengan sisa hati yang mulai remuk aku lantas meninggalkan mereka yang
larut dalam drama cinta yang membuat ku lirih.

Tidak kusangka Sasa begitu mudah menggadai cintanya. Apa mungkin sudah saatnya
juga ia mencari cinta yang lain dan melupakan cintaku yang menurutnya telah
usang. Kalau itu memang kenyataannya mau tidak mau aku harus merelakan semuanya
berlalu dan belajar ikhlas menghadapi hidup tanpa cintanya lagi.
***

Lima bulan berlalu, tanpa panas apalagi hujan tiba-tiba seorang laki-laki
mengirim undangan ke rumah. Di sampul undangan itu ku lihat ada foto Sasa
dengan seseorang yang selama ini ku kenal. Hati ku sungguh remuk mendapati
tanggal upacara pernikahan mereka. Tapi biarlah, segala sesuatu yang terjadi
pasti berjalan pada waktunya, sudah kehendak dan takdir dari sang pemilik hidup.
Semoga saja aku kuat menghadiri pesta pernikahan mereka. Aku ikhlas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar