" Kok Gitu Sich…"
Suasana kantin pagi ini tidak seperti pagi – pagi sebelumnya, tidak biasanya baru pukul enam kurang sedikit suara renyah sudah terdengar kemana - mana, maklum Bima dan kedua rekannya yang tergabung dalam aliansi pengguna kantin Mbok Asih sedang asyik membicarakan sesuatu. Ada apa gerangan?
Ternyata yang menjadi topik pembicaraan mereka adalah tentang kedatangan murid baru pindahan dari Desa, namanya Dini, Dini Amelia Larasati.
“Gila.. Dini cantik banget,“ buka Deri diiringi suapan pertamanya.
“Lo ketinggalan informasi, cinta gua aja barusan diterima,“ kali ini Ari ikut andil.
Sedikit merasa kecolongan dengan dua sahabatnya Bimo terpaksa meluruskan pembicaraan, “ mana mungkin, Dini aja baru kemarin resmi jadi siswi sini, masa sudah main jadian aja sih, narsis banget?”
“Itu makanya harus gerak cepat, sudah tahu ada permata ditumpukan jerami, masih saja dipelototin, kreatif sedikit kenapa? lihat nih Ari Prananda, cowok tercakep di Nusantara. Naluri kejantanan gua lansung beraksi, nggak kaya lo pada .
“Pokoknya gua tetap nggak percaya. Cakep apaan? cakepan kesing hape gue,“ sanggah Bimo sambil memesan sepiring lontong sayur.
Mendadak suasana menjadi hening, hiruk pikuk yang sedari tadi terdengar renyah kini berganti dengan lantunan irama sendok yang terdengar unik. Mbok Asih pun yang sejak tadi pusing mendengar ocehan mereka mulai sedikit enjoy menyiapkan kue dagangan.
Bagi mbok asih yang sudah lima tahun menggelar dagangannya di kantin, tabiat Bimo dan kedua temannya sudah tidak asing lagi. Setiap kali ada siswa baru khususnya cewek pasti jadi bahan rebutan, apalagi yang masuk cewek cakep, enggak dinanya, pasti didekatin.
Kedatangan Dini ibarat durian runtuh saat tidak musim durian, benar – benar rejeki nonplok. Maklum jarang- jarang ada gadis cantik berkulit bersih plus memakai jilbab mau bergabung di sekolah kejuruan teknik yang notabenenya sekolah cowok.
***
Dengan mimik wajah cerah Bimo menghampiri sohabatnya yang sedari tadi nongkrong di taman.
“Bebetulan banget pada ngumpul, gua ada kabar gembira nih, pastinya menyedihkan buat kalian semua. Tau nggak kemarin cinta gua diterima Dini, ternyata tu cewek belum punya cowok loh.“
“Yang benar, kok sama ? kemarin pas istirahat siang Dini juga terima Cinta gue.“ keluh Deri dengan raut wajah bingung.
“Sudah – sudah, lo berdua pasti pada mimpi. Lah wong..Cuma gua kok yang diterima dini,“ protes Ari berusaha meyakinkan sahabatnya.
“Tunggu..tunggu.., sepertinya ada yang nggak beres. Jangan – jangan Dini cewek yang nggak bener. Masa cinta kita bertiga diterima, nggak masuk akal kan ? gua jadi curiga jangan – jangan tu anak setia alias setiap tikungan ada dan sengaja mainin perasaan kita,“ ujar Deri menganalisa.
“Bener juga, kok ada ya cewek baik – baik, pake jilbab tapi maniak sama cowok ? siapa tahu Dini juga cewek matre, duh….jadi nyesel gua nguber – nguber tu anak,“ tambal Ari sedikit keki.
“Sudah – sudah jangan parno, belum tau kan Dini seperti itu. Mending kita tanya lansung saja sama orangnya biar semua jelas,“ kali ini Bimo bertindak sebagi penengah.
Tidak bisa terpungkiri ada semacam keraguan dan dugaan buruk di otak Bimo, Ari dan Deri. Semua tersimpulkan dari perasaan cinta mereka yang terbalas oleh gadis yang sama. Sedikit aneh memang.
***
Siang ini ketiga sahabat itu nekat menemui Dini, mendengar penjelasan tentang prahara cinta segi empat yang menimpa mereka. Pas bel terakhir berbunyi mereka lansung standbay didepan pintu gerbang. Tidak menunggu waktu lama, orang yang mereka tunggupun akhirnya menampakkan batang hidungnya.
Bimo yang ditunjuk sebagai eksekutor menjalankan tugasnya dengan baik. Meski sedikit eSKaeSDe, akhirnya ia berhasil juga menggiring Dini kekantin.
”Sekarang kamu duduk dulu deh Din, ntar Ari yang Jelasin,“ lepas Bimo menuntaskan tugasnya.
”Begini Din, kami mau minta pertanggung jawaban kamu tentang pernyataan cinta kemarin.”
“O…yang itu memangnya kenapa?"
“Loh kok balik nanya ? kami bingung. Kemarin kamu terima cintanya Ari, habis itu cintanya Aku, hari itu juga kamu terima cintanya Deri. Sebenarnya siapa sih yang berhak mendapatkan cinta kamu ?” ujar Bimo mulai terpancing.
“Ya..semuannya…,” jawab Dini ringan.
“Kamu nggak ngerti atau pura – pura bodoh sih?”
“Dini sayang kok sama kalian!“
“Maksud kamu? jangan jangan kamu...?“ ucap Bimo menggantung ucapannya.
“Idih…nuduh sembarangan," Dini membantah, “ dengerin ya, cinta itu terwujud dari gumpalan rasa yang datang dari dalam hati. Hati lantas mentransfer muatan kasih sayang itu kedalam ucapan, tingkah laku dan perbuatan. Nah…didalam Islam sendiri kita diwajibkan mencintai sesama muslim. Kalian muslim tidak ?” tanya Dini kepada ketiga cowok dihadapannya.
“Iya…,” serempak Bimo, Ari dan Yudi menjawab.
“Nah…itu alasannya mengapa Dini jawab kalau Dini juga mencintai kalian. Sebagai muslim Dini wajib loh mencintai sesama dan itulah cinta sesungguhnya.
Bimo hanya bisa tertunduk sayu mendengar penjelasan dari gadis itu.
“Kiki sayang, bukan cinta itu yang kami maksud tapi……,cinta yang itu,“teriak Ari dari dalam hati.
Sementara Yudi yang dari tadi sibuk memperhatikan raut wajah gadis incarannya hanya bisa hanyut dengan sisa – sisa khayalan, terbang tinggi dengan sebuah mimpi yang menerawang jauh.
“Dini.., Dini …, kook gitu sich..? “ ucap mereka pasrah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar