Oleh Arief Kamil
DPR kita
Banyak rakyat mengurut dada tatkala mendengar kabar rencana pembangunan gedung DPR RI dengan kisaran dana sekitar 1, 8 triliun. Sebenarnya bukan rakyat saja yang mengurut dada, anggota DPR pun juga bereaksi sama. Bedanya rakyat mengurut dada karena kesal dengan rencana yang jelas-jelas merupakan keputusan yang tidak berpihak kepada rakyat. Sedangkan anggota dewan mengurut dada karena senang, sebab sebentar lagi bakal berkantor di gedung baru yang dilengkapi dengan fasilitas mewah sekelas hotel berbintang. Wow…..
Sekiranya para anggota dewan yang terhormat mau berkaca dengan nasib jutaan rakyat kecil uang semakin tertindas dengan kemiskinannya dan mau sedikit saja memperhatikan nasip para pengangguran.
Alangkah baiknya sebelum meminta fasilitas dan kemewahan mereka harus bertanya dulu pada hati nurani masing-masing, sejauh mana mereka sudah berbuat, bukan menanyakan fasilitas apa yang akan mereka dapat sebelum memulai tugas selaku wakil rakyat. Benar tidak ?
Lebih setahun sudah anggota DPR berkantor di Senayan, tapi hasil apa yang mereka berikan untuk rakyat ?, mereka malah sibuk mengurus masalah-masalah yang hanya mementingkan pengusaha, pejabat dan orang-orang yang bergelimangan uang, bukan rakyat badarai yang kian terbuang.
Bayangkan, dengan dana sekitar 1, 8 triliun Indonesia sebenarnya bisa membuat ribuan gedung-gedung sekolah baru, rumah sakit atau sebagai modal membuka lapangan pekerjaan baru untuk pengagguran.
Coba lihat rakyat kita yang berada di daerah perbatasan, mereka begitu dikebiri dan termaginalkan oleh Pemerintah. Sebagai perbandingan lihatlah sekolah-sekolah kita di daerah perbatasan antara Indonesia-Malaysia, keadaannya sangat-sangat memiris hati.
Anak-anak Indonesia belajar dibangunan yang tak layak, kesekolah bertelanjang kaki tanpa bimbingan guru yang profesional dibidangnya. sementara Negara tetangga terlihat begitu makmur, bangunan sekolahnya sama dengan sekolah-sekolah kita yang berada diperkotaan.
Nasib tenaga kerja kita pun tak jauh beda. Alasan para TKI mengadu nasib ke negeri orang karena jarangnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Bekerja ke luar negeri adalah pilihan terakhir yang mau tidak mau harus dipilih. Namun sayangnya karena faktor pendidikan yang rendah mereka hanya dipekerjakan sebagai buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Belum cukup sampai disitu, hinaan serta siksaan dari majikan kerap diterima oleh TKI kita, malah ada juga yang berujung tragis tewas ditangan majikan.
Melihat kenyataan yang terjadi sewajarnya anggota dewan kita merasa malu jika masih tetap bertahan dengan keegoisan membangun gedung perkantoran yang begitu mewah. Apa gedung bundar yang sudah menjadi maskot DPR selama ini tidak layak lagi ?, masih kan?.
Suara rakyat adalah suara Tuhan, andai suara arus bawah tidak didengarkan lagi bukan tidak mungkin krisis kepercayaan terhadapa DPR akan semakin menjadi-jadi. Sikap apatis akan semakin lantang didendangkan rakyat yang ujung-ujungnya melahirkan rasa tidak percaya terhadap wakil yang mereka pilih. Padahal anggaran pembangunan gedung itu datangnya dari rakyat yang sewajarnya dipergunakan untuk kemaslahatan rakyat, bukan malah memeras rakyat.
Ada-ada saja DPR kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar