Berdamai Dengan Rasa takut
Oleh Arief Kamil
Rasa takut adalah hal yang lumrah dan manusiawi ada pada setiap individu. Tentu
tidak sempurna rasanya hidup tanpa dilengkapi dengan perasaan takut. Manusia
akan bersikap sombong, angkuh dan takabur bila hanya dititipi keberanian semata.
Takut sebenarnya nikmat, pemberian sang khalik yang tentu tidak pernah akan
sia-sia. Bayangkan jika seseorang tidak lagi takut dengan Tuhannya, sudah barang
tentu
kesombongan merajai hatinya. Bersyukurlah kita yang masih memiliki rasa takut
karena sekarang rasa itu mulai sengaja ditepikan. Orang tidak takut untuk
berzina, korupsi, memakan harta anak yatim dan bahkan parahnya lagi tidak takut
dengan sang pencipta.
Berdamai dengan rasa takut, terdengar sedikit aneh memang, namun bisa menjadi
resep jitu sekedar meminimalisir rasa takut.
Perasaan takut yang berlebihan bisa menjadi bumerang , mengakibatkan sindrom
yang akhirnya bermuara kepada perasaan stres, phobia dan bahkan gangguan jiwa.
Sebagian orang ada yang takut akan kematian, takut jatuh miskin, takut tua dan
takut kehilangan jabatan. Ketakutan seperti ini sebenarnya tidak beralasan,
karena Tuhan telah mentasbihkan sesuatu berakhir pada masanya.
Mendamaikan diri dan menerima segala sesuatu yang sedang dan yang akan terjadi
nanti adalah keputusan bijak sekaligus wujud kepasrahan terhadap sang pemilik
hidup.
Ketakutan yang mendera kadang timbul berupa imajinasi, sebatas fikiran kotor
yang belum tentu terjadi. Sebagai contoh, seorang bawahan tanpa sengaja
melakukan sebuah kesalahan, Dia berfikir tindakan itu sudah tidak bisa lagi
dimaafkan oleh pimpinan. Dalam kasus ini sibawahan mulai berimaji, berfikir
negatif jika Dia bakal dipecat karena kesalahannya. Diruang Pimpinan si bawahan
sudah terlihat pasrah karena percaya dengan ketakutannya. Tahu apa yang terjadi
selanjutnya?
Ternyata pimpinan ditempat pria itu bekerja memanggilnya sekedar memberitahukan
promosi jabatan, laki-laki itu ternyata naik pangkat dari OB menjadi kepala OB.
Tahu apa kesalahan laki-laki tadi ?, hanya karena memecahkan gelas kesayangan
sang pimpinan, itu saja. Malah mengenai gelas kesayangan, sang pimpinan justru
berfikir menggantinya dengan gelas baru pemberian istrinya.
Rasa takut yang tidak beralasan ternyata melahirkan pemikiran negatif yang belum
tentu akan terjadi. Sekali lagi tidak ada salahnya berdamai dengan rasa takut,
karena takut bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar