TERIMA KASIH KARENA ANDA TELAH MEMBUKA BLOG INI

Tulisan di BLOG ini pernah terbit di : Harian Singgalang, Haluan, Padang Ekspres, Harian Kabar Indonesia Online,www.sumbarONLINE.com, Inioke.com, Majalah Gema Lentera dan Korandigital.com. Thank's To All......( I'm just a beginner writer who still continue to learn and keep learning )

Rabu, 25 Agustus 2010

Cerpen Terbaru( Media Hoki)

Sahur Berdarah
Oleh Arief Kamil

Deringan jam weker dikamar membangunkan tidurku yang mulanya begitu lelap. Jarum jam menunjukan pukul empat tepat, sudah waktunya untuk sahur, menunaikan sunah rasul guna menjalankan puasa esok hari.

Sedikit sempoyongan ku langkahkan kaki ke kamar mandi. Sisa-sisa kantuk memaksaku mencari cara lain untuk mengusirnya. Kalau boleh memilih, menlanjutkan sisa tidur sepertinya jalan terbaik dari pada bangun dan menunaikan makan sahur. Tapi untunglah rayuan syetan itu berhasil ku tepis hingga akhirnya bisa berlabuh dimeja makan.

Baru melahap dua kali suapan, tiba-tiba mataku menangkap sosok asing yang berdiri diteras depan. Rasa penasaran yang memuncak memaksaku mencari tahu tentang siapa laki-laki asing itu. Dengan sedikit keberanian, kuputuskan membuka daun pintu. Pria asing itu terlihat terkejut dan memaksakan tersenyum kearahku, ada luka kecil yang masih mengeluarkan darah di pergelangan tangannya.

"Maaf, bapak ini siapa kok tiba-tiba ada dirumah saya,“ buka ku yang membuat laki-laki itu salah tingkah.

“Saya yang seharusnya minta maaf karena sudah lancang memasuki rumah ini. Nama saya Jalaludin,“ ujarnya seperti menggantung ucapan.

“Lantas mengapa bapak bisa berada disini ?“ ujarku menuntaskan rasa penasaran.

“Saya seorang musafir yang sedang melanjutkan perjalanan, kebetulan bekal saya habis, makanya saya putuskan datang kesini.“

“Subhanallah, silahkan masuk, kebetulan saya juga sedang mempersiapkan hidangan sahur, bapak sahur disini saja,“ tawarku.

Rasa keingintahuan tadi terjawab sudah sekaligus melunturkan dugaan buruk yang sempat bermain dibenakku. Rasa kasihan seketika menyeruak masuk dan bersarang disudut hati tatkala menyaksikan kondisi laki-laki bernama pak Jalal itu yang terlihat kuyu.

Tuhan telah menuntun langkahnya hingga kami bisa bertemu. Aku adalah orang yang paling mudah tersentuh dengan keadaan orang-orang yang kurang beruntung. Rasa iba tanpa diundang selalu membimbingku untuk bersikap baik. Pak Jalal bukanlah orang pertama yang pernah kusantuni, sebelumnya sudah cukup banyak anak jalanan, fakir miskin dan janda-janda tua yang menerima pemberianku. Aku sangat bersyukur diberikan limpahan berupa rejeki yang selalu mengalir, dengan itu aku bisa berbagi dan menyantuni orang miskin yang kurang beruntung.

Sekilas ku lihat pak Jalal begitu khusuk menikmati sepiring nasi dengan lauk ala kadarnya. Ia begitu kelaparan hingga nasi yang ada dipiringnya bersih tanpa sisa.

“Saya beruntung sekali sudah diperbolehkan sahur disini, semoga Tuhan membalas kebaikan yang anda berikan.“

“Jangan bicara seperti itu pak, ini sudah kewajiban saya, sebagai sesama Muslim kita diwajibkan saling tolong menolong, apalagi ini bulan puasa,” jawabku berusaha merendah.

Setelah semua selesai, pak Jalal-pun memutuskan melanjutkan perjalannannya, namun belum sempat ia menjauh, kuberusaha menahan keinginannya.

“Tunggu sebentar, ini sedikit dari saya, semoga bisa membantu bapak diperjalanan nanti,“ dua lembar uang lima puluh ribuan ku berikan kertangannya. Laki-laki itu menyambut pemberianku dengan ucapan terimakasih yang terlihat tulus. Tidak berapa lama pak jalal melangkah membelah subuh yang masih begitu gelap.

Ada kepuasan bathin yang terasa tatkala aku masih diberikan kesempatan untuk berbuat kebaikan, semua lakukan bukan bertujuan untuk pamer apalagi sok berlagak dermawan, itu semua kulakukan dengan tulus semata berharap ridho Allah. Mungkin karena itu pula Tuhan tidak pernah berhenti memberi segala rezkinya. Seperti ribuan penjuru mata angin, disetiap sudut selalu kutemukan kebaikan yang datangnya tidak pernah disangka-sangka.

Selepas pak Jalal hilang dari pandangan, kulangkahkan kaki kedalam, melanjutkan sahurku yang sempat tertunda.
***

Keributan yang bersumber dari sebuah rumah yang tidak begitu jauh dari tempatku, memancing naluriku untuk mengetahui masalah apa yang sedang terjadi. Puluhan warga terlihat panik, berlalu lalang tanpa henti.

Kuputuskan mengunjungi keramaian itu, ada sesuatu yang baru saja terjadi di dalam rumah bercat putih persis didepanku berada.

“Kejadiannya subuh sebelum sahur tadi, pelakunya laki-laki tua dengan pakaian lusuh ,“ telingaku menangkap sebuah percakapan serius seorang laki-laki dengan beberapa anggota Polisi yang tak jauh dari tempatku berada.

Rasa penasaran yang berusaha ku tepikan ternyata mampu memaksaku untuk menghampiri kelompok kecil itu.

“Maaf, maksud Bapak, laki-laki tua memakai kemeja kotak-kotak dan menyandang sesuatu yang terbungkus kain sarung,“ tanyaku yang membuat sebagaian warga terkejut.

“Benar, dia yang membunuh istri saya dan lantas menguras seluruh isi lemari.”

“Apa kamu kenal dengan laki-laki itu,“ sambung seorang polisi yang sedang menyelidiki TKP.

“Tidak, kebetulan menjelang imsak tadi dia lewat didepan rumah saya,“ ujarku berbohong.

Pukulan telak terasa memukul roboh perasaanku. Ternyata laki-laki yang pernah kutolong dan bahkan sempat makan sahur dirumah ternyata seorang pembunuh. Dan bisa saja target pencurian dan pembunuhan selanjutnya ditujukan kepada ku. Subhanllah, tenyata Tuhan telah menyelamatkan aku dari marabahaya yang sempat mengancam.

Rasa syukur pantas ku ucapkan kehadapan sang khlik yang telah membolak-balik hati manusia, dengan kebaikan dan pertolonganku yang benar-benar tulus ternyata bisa menyelamatkan diri ini dari niat buruk yang telah direncanakn oleh mereka yang berniat jahat. Allah sungguh maha besar akan kuasanya, satu lagi nikmat yang ku peroleh yang membuatku semakin beriman padanya.

Padang, 25 Agustus 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar