TERIMA KASIH KARENA ANDA TELAH MEMBUKA BLOG INI

Tulisan di BLOG ini pernah terbit di : Harian Singgalang, Haluan, Padang Ekspres, Harian Kabar Indonesia Online,www.sumbarONLINE.com, Inioke.com, Majalah Gema Lentera dan Korandigital.com. Thank's To All......( I'm just a beginner writer who still continue to learn and keep learning )

Selasa, 24 Agustus 2010

Yang baru di Gerosan Pena

Antara Aku, Kau dan Gugum
Oleh Arief Kamil

Raut kesedihan terpampang jelas diwajah seluruh punggawa Gema band. Gugun sang drumer sudah tiga hari ini dirawat dirumah sakit karena penyakit kangker otak yang dideritanya. Ini jelas merupkan pukulan terberat meningat Minggu depan Gema band bakal tampil di salah satu televisi nasional di Jakarta dalam ajang festival band tingkat nasioanl.

Festival itu dalah harapan kami satu-satunya dalam berusaha meniti karir untuk eksis di ibu kota. Memang, tidak ada yang pantas disalahkan, aku yakin Gugum juga tidak rela berada diposisinya sekarang.

Sedih, itu yang bisa ku simpulkan ketika menjenguknya kemarin, keadaan laki-laki itu sungguh memiris hati, ia hanya mampu berbaring sambil berusaha melawan rasa sakit. Padahal keinginannya untuk berkompetisi di Jakarta sangat besar sekali, hingga ia rela menjual motor kesayangannya demi menebus empat buah tiket pesawat.

“ Kalau kita mencari pengganti Gugum bagaimana ?, ya.. setidaknya sampai drumer kita pulih “, saran Riko berusaha memberikan pilihan.

“ Kalau kita bersikukuh mencari pengganti Gugum dalam kondisi sekarang, berarti kita tidak ada bedanya dengan penghianat. Sory bro, untuk yang satu ini gue nggak setuju “, jawabku sambil mengalihkan pandangan.

“ Harus bagaimana lagi coba?, apa kita harus berangkat ke Jakarta tanpa seorang drumer, yang benar saja “

“ Menurut gue mending kita nggak usah berangkat saja sekalian daripada harus meninggalkan Gugum yang sedang berjuang melawan penyakitnya “, kali ini giliran Baim, sang gitaris yang bersuara.

Dilema hebat tidak mampu lagi kami sembunyikan. Tak banyak yang bisa dilakukan dengan jeda waktu hsnys tinggsl satu minggu lsgi dalam mempersiapkan diri sebelum berjuang mati-matian di Jakarta. Saran Riko jelas tidak masuk akal, bagaimana mungkin mencari pengganti Gugum dalam kondisi serba sulit. Aku tak ingin menghianati sahabat sendiri, makanya rencana itu kutentang habis-habisan.

Entah kenapa belakangan banyak sekali masalah yang hadir dalam kurun waktu sebulan ini, sudahlah band ku terancam gagal tampil di putaran final, eh… Tias, cewek yang sudah kupacari setahun ini juga mengacak-ngacak konsentrasiku.

Gadis itu tanpa sungkan mengancam minta putus kalau aku masih saja sibuk main band. Aku benar-benar menyayangkan ancaman itu, pacar yang kuharap bisa memberikan suntikan semangat serta dukungan ternyata malah menikamku dari belakang. Situasi sulit semakin memaksaku menentukan pilhan. Main band adalah hobiku sejak kecil yang musahil kuakhiri begitu saja. Sebaliknya aku juga tidak ingin kehilangan Tias. Benar-benar sulit, otakku seperti terforsir untuk berfikir mencari jalan terbaik dari dua masalah yang hadir secara bersamaan.
***

“ Kamu tinggal pilih yank, mempertahankan hubungan kita atau memilih tetap ngeband. Tapi sekali aku ingatkan, jika Gema band yang kamu pilih maka kita harus berpisah “, ujar Tias ketika kami memutuskan betemu disebuah kafe.

“ Yank, mengertilah, posisiku sekarang dalam keadaan dilema. Aku heran mengapa baru sekarang kamu melarangku main band?, sedangkan sebelumnya kamu begitu mendukung keinginanku ?, tolonglah, Gugum sekarang sedang berjuang dengan penyakitnya, band kamipun tencam tidak bisa tampil di pagelaran final Minggu depan. Bukannya memberi supor, kamu malah mengancam minta putus “

“ Coba ingat, sudah berapa Minggu kamu tidak kerumah?, kamu lebih mementingkan Gema band ketimbang aku. Mana perhatian kamu yang dulu?, semua mendadak brubah dan lambat laun menghilang “

Aku tidak menjawab apa-apa, tidak ada gunanya berdebat jika emosi mendominasi hati yang akhirnya semakin memperburuk keadaan.

“ Kita putus “, ujar Tias sambil melangkah meninggalkan aku seorang diri.

***

Kabar baik akhirnya berpihak, Gugum akhirnya diperbolehkan pulang oleh Dokter. Meski belum sepenuhnya sembuh namun dengan kepulangannya sedikit memberi harapan.

“ Mulai besok kita latihan lagi “, gumamnya yang disambut senyum indah diwajah personil yang lain.

Ternyata Tuhan masih berkenan membuka jalan untuk kami. Kepulihan gugun menjelma menjadi gumpalan semanagat baru yang ku yakin mampu mempengaruhi penampilan kami dipanggung nanti.

Namun ada kepiluan yang tidak mudah untuk kutepikan. Demi sebuah mimpi aku terpaksa melepaskan sosok yang selama ini ku puja. Mungkin itu merupakan jalan terbaik karena sudah ditasbihkan kalau setiap pilihan pasti menyisakan resiko, ya itulah konsekwensinya dan mau tidak mau harus diterima dengan legowo.

Sekarang aku hanya ingin fokus bermusik, membuktikan pada Tias kalau aku bisa sukses dengan jalan yang telah ku pilih. Yang jelas sampai kapanpun aku akan selalu mencintainya serta berharap dilain waktu dan kesempatan hubungna yang sudah terputus bisa disambung kembali. Aku berharap……*
Padang, 24 Agustus 2010, sebuah cerita sederhana, situasi dilematis yang menuntut kita dalam menentukan satu dari dua pilihan terberat. ilustrasi judul : Adjie Sembilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar