Joki There In One
Cerpen Arief Kamil
Banyak yang bilang jomblo itu membosankan. Ada benarnya juga, tapi bagiku jomblo
adalah pilihan. Bukannya tidak laku tapi semua berpulang kepada prinsip, sebelum
usiaku menyentuh angka 27 kuputuskan untuk tidak pacaran dulu. Alasannya
sederhana saja, ingin fokus dikarir dan menata masa depan.
Kalau dilihat dari bentuk fisik, mungkin aku termasuk kriteria cowok idaman
wanita, kurang apalagi?,urusan ganteng jelas tiada duanya, baik dan bisa
dibilang mapan dari segi ekonomi.
Tidaka ada masalah sebenarnya dengan pilihan itu, berfikir positif dan selalu
bersyukur adalah jurus jitu bagi jomblover sepertiku. Namun ketenangan itu
seketika berubah ketika tiga orang cewek berusaha mendekatiku secara bersamaan.
Sebutlah Nesa, si imut berlesung pipit. Mita, perempuan ayu berkerudung dengan
senjata andalannya berupa senyuman yang merontokkan hati. Terakhir, Dea, gadis
tomboy yang hoby sekali main bola. Mereka adalah tiga sahabat yang kompak
mencuri hatiku yang mulanya sepi tanpa cinta.
Tidak tahu kenapa, keangkuhan yang selama ini aku jaga tiba-tiba terusik dengan
kedatangan tiga bidadari itu. Mereka datang menawarkan bermacam kelebihan,
seakan memaksaku memilih satu diantara mereka.
Malam ini giliran Nesa yang mendapat giliran ku apeli, setelah dua hari
sebelumnya Mita dan Dea sudah mendapat giliran yang sama. Ini sudah menjadi
keputusan kami berempat untuk melakoni kencan secara bergiliran, sebagai salah
satu jalan yang mereka berikan untukku dalam memilih yang terbaik.
Dihari pertama saat jalan dengan Mita, perasaan gugup tak bisa ku sembunyikan.
Mita lebih banyak menuntunku, gadis itu lebih dominant dalam segala hal,
termasuk dalam hal makanan.
Bagiku jalan bersama cewek didepan keramaian sambil memegang tangan sangatlah
tabu. Mila melakukan itu, malah tidak ada rasa sungkan memelukku dari belakang.
Risih sekali rasanya diperlakukan seperti itu, belum lagi sifatnya yang
kekanak-kanakkan dan matre. Belum ada ikatan apa-apa saja sudah minta ini,
minta itu. Tercatat pengeluaranaku saat jalan bersamanya sekitar limaratus ribu
rupiah. Sebenarnya tidak masalah, tapi sayang apa yang dilakukannya kurang etis
dan teramat asing untukku.
Pada hari kedua, giliran Dea yang mendapat kesempatan. Gadis tomboy itu berbeda
dengan Mita yang telah kuanggap terlempar dari audisi. Awalnya aku menilai
Dea-lah yang pantas mendapatkan cintaku. Cewek itu terlihat mandiri sekali dan
tidak terlalu tergantung dengan lingkungannya. Percaya diri dan sportif menjadi
daya tarik baru yang membuatku jatuh hati. Namun setelah mengenal lebih jauh
sifat dan karakternya, dugaan itupun akhirnya terbantahkan juga , sifatnya yang
emosional dan meledak-ledak membuatku jadi takut sendiri. Seperti kemarin
misalnya, hanya gara-gara seorang cewek yang kebetulan tersenyum kearahku, Dea
nekat mencak-mencak dan menyemprot gadis itu didepan ratusan pengunjung pusat
perbelanjaan. Aku yang merasa malu memilih kabur tanpa sepengetahuannya.
Dua orang sudah kunyatakan gagal merebut simpatiku. Sempat timbul keraguan dan
berfikir pertemuan ketiga bakal berakhir sia-sia seperti kejadian yang
sudah-sudah.
****
Dikesempatan terakhir, lokasi pertemuan agak berbeda dari yang sebelumnya, Kafe
Seventen menjadi tempat kami bertemu. Mataku berusaha mencari sosok yang katanya
sudah berada dilokasi.
“ Mas Andi “, telingaku menangkap sebuah suara yang tak jauh dari tempatku
berada.
“ Sory telat “, ujarku sambil mengambil tempat duduk didepannya
“ Tidak apa, yang penting sekarang bisa ketemu”
“ Sudah mesen ?” tanyaku
“ Belum, nggak enak saja mesen duluan, lagian menunya asing semua”, jawab Mila
seperti kebingungan
Suasana mendadak hening, ada debar-debar unik yang terasa, getaran itu memaksaku
larut dan menikmati momen pertemuan dengannya. Nesa terlihat berbeda dengan dua
orang kandidat sebelumnya. Gadis itu seperti lebih menghormatiku, tidak banyak
bicara dan enak dilihat.
“ sebenarnya saya tidak biasa makan disini mas, paling Cuma warteg atau emperan.
Makanya suasana disini sedikit asing buat saya “
Nesa terlihat demam panggung dengan kemegahan kafe yang biasanya dikunjungi
kawula muda berkelas, bukan kalangan kelas warteg atau warung emperan. Satu
lagi yang kukagumi, Nesa tidak matre dan terkesan rendah hati. Inilah sebenarnya
yang kucari.
Kalau boleh jujur, suasana kafe yang gemerlap kadang membuatku risih juga.
mungkin warung ditepi jalan lebih asyik dan sedikit merakyat.
“ Nesa hanya cewek biasa mas, nggak seperti Mita dan Dea. Kehadiran Nesa disini
Cuma memenuhi kesepakatan kita yang kemarin. Nesa juga tidak begitu berharap
dipilih, karena Nesa sadar akan posisi dan keadaan “, gadis itu berusaha jujur
tentang jati dirinya.
Bima terkesima mendengarnya, kejujuran itu tidak menyurutkan niatnya untuk
memilih perempuan sederhana itu. Jarang sekali ada orang yang mau membuka diri
dan berkata jujur tentang keadan yang sebenarnya.
“ Bagiku pribadi, kesederhanaan dan kejujuran adalah segalanya. Kamu berbeda
dengan Mita yang lebih mementingkan materi serta Dea yang emosional “
Nesa mencermati alasan yang keluar dari mulut pria dihadapannya. Gadis itu
seperti puas dengan kejujuran dan tanggapan dari lawan bicaranya.
“ Itu belum seberapa mas. Biar mas Andi tahu, saya ini anak yatim, ibu meninggal
saat melahirkan saya duapuluh lima tahun silam “, kembali Nesa membeberkan siapa
dirinya.
Entah datang dari mana keyakinan itu, tiba-tiba saja hatiku mendengar bisikan
yang seolah mengatakan perempuan inilah yang pantas menjadi pendamping hidupku.
Mungkin ini sebagai bingkisan dari sang pencipta untukku, karena ku yakin
laki-laki yang baik akan dipertemukan dengan wanita yang baik pula.
Sesuai dengan ajaran agama, anak yatim harus dijaga dan ditolong. Kuyakin dengan
keputusanku menjadikan Nesa sebagai pendamping hidup menjadi amal ibadah jika
tidak aku sia-siakan kelak.
Akhirnya, dengan sebuah senyum, kuutarakan niatku untukmelamarnya, menjadikannya
istri dan ibu bagi anak-anakku nanti. Nesa menerima tawaran itu, dan berjanji
menjadi wanita terbaik untukku. Alhamdullilah…
Padang, Pertengahan Juli 2010, untuk yang tersayang Nessa Fauziah. Jadikanlah
aku raja bagimu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar