TERIMA KASIH KARENA ANDA TELAH MEMBUKA BLOG INI

Tulisan di BLOG ini pernah terbit di : Harian Singgalang, Haluan, Padang Ekspres, Harian Kabar Indonesia Online,www.sumbarONLINE.com, Inioke.com, Majalah Gema Lentera dan Korandigital.com. Thank's To All......( I'm just a beginner writer who still continue to learn and keep learning )

Selasa, 20 Juli 2010

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

“ 351 “
Oleh Arief Kamil
Zaidar tak bias menyembunyikan kegundahan hatinya. Setiap kali melihat foto
Sutan Malano yang terpampang didinding, rasa sakit itu kembali membuncah. Ia
benar-benar memendam perasaan, ingin melawan tidak berdaya, apalagi pada suami
sendiri. Kalau didiamkan, perlakuan kasar kerap ia terima. Tamparan dan pukulan
adalah siksaan yang membuat Zaidar kian membenci laki-laki yang sudah 12 tahun
mendampinginya itu.
Awalnya pernikahan itu berjalan indah, sama halnya dengan rumah tangga yang
lain. Keadaan mulai rumit saat usia pernikahan memasuki tahun kesepuluh. Sutan
Malano yang mulanya penyabar lambat laun mulai berubah. Laki-laki empatpuluh
tahun itu sering main tangan, pulang malam dan tidak memberikan nafkah untuk
keluarga.
Demi memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah kedua buah hatinya, Zaidar
bekerja sebagai tukang cuci dan strika dibeberapa rumah tetangga. Posisi itu
jauh lebih baik dari pada mengemis meminta uang pada suaminya. Seperti
pengalaman yang sudah-sudah, bukan uang yang didapat tapi sumpah serapah dan
ayunan tangan yang ia terima. Perhatian Sutan Malano terhadap istri dan anaknya
seakan luput, ia lebih banyak sibuk diluar rumah tanpa pernah diketahui Zaidar.
Pulang kerumah hanya untuk makan dan mandi, setelah itu pergi entah kemana dan
pulang saat larut malam.
Sepak terjang Sutan Malano diluar rumah sudah menjadi rahasia umum para warga.
Judi dan perempuan adalah penyakit kambuhan yang menjadi awal mula dan
malapetaka keretakan rumah tangganya.
***
“ Da, Idar mau bicara “
“ Bicara apalagi, mau minta uang belanja?, tidak ada”, jawab Sutan Malano tanpa
menghiraukan permintaan istrinya.
“ Bukan itu Da, kesabaran warga sudah habis melihat sikap uda selama ini. Mereka
akan mengusir kita kalau uda masih mabuk-mabukan di rumah da Herman “
“ Apa hubungannya dengan warga, yang mabuk bukan mereka”, sanggah laki-laki itu
dengan tempo suara yang tinggi.
“ Bukan karena itu saja da, ada warga yang melihat uda membawa perempuan masuk
ke rumah da Herman “
“ Sudah keterlaluan sekali mereka, katakan sama warga itu urus saja urusan
mereka, jangan urus urusan orang lain “
“ Uda-lah yang sudah keterlaluan. Uda mabk-mabukkan, berduan dengan perempuan
yang bukan muhrim, tidak memberikan nafkah untuk keluarga. Warga tidak salah da
“, jawab Zaidar yang membuat laki-laki dihadapannya jadi naik pitam.
Tangan kanan Sutan Malano menampar keras wajah istrinya, pukulan juga diarahkan
kebagian kepala wanita itu, yang membuat Zaidar tersungkur ke lantai.
“ Jadi kau lebih percaya dengan warga?, dasar istri sialan “, hardik Sutan
Malano sambil meninggalkan istrinya yang menahan sakit.
Sudah habis kesabaran Zaidar menerima perlakuan kasar suaminya, keberanian
perempuan itu tiba-tiba hadir. Dengan masih merasakan sakit Zaidar segera menuju
kantor Polisi, melaporkan penganiayaan yang menimpa dirinya. Kesabaran itu
benar-benar telah sirna, rasa itu beralih menjadi bongkahan kebencian.
***
Keputusan Zaidar mendapat dukungan dari pihak keluarganya di Padang, sikap sutan
Malano yang terlewat batas dan sering main tangan sudah sepantasnya mendapatkan
ganjaran yang sepadan. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami perempuan itu
sungguh sudah terlewat batas.
“ kalau diudiamkan Malano akan bertindak lebih jauh lagi Dar, semoga dari
kejadian ini dia bias berubah, ini adalah jalan yang terbaik ‘, ujar ni Eti
menenangkan risau hati yang dirasakan Bisannya.
Sebagai istri yang sah Zaidar merasa iba melihat suaminya yang ditahan dijeruji
besi. Sudah seminggu laki-laki itu meringkkuk disana. Badannya terlihat kurus,
pucat pasi. Ancaman kurungan dua tahun penjara segera menunggunya.
Dengan sisa-sisa kesedihan Zaidar meninggalkan kantor Polisi, dibenaknya telah
terpatri keinginan untuk membesarkan buah hatinya dari keringat sendiri. Setelah
Sutan Malano keluar ia ingin minta diceraikan, menurutnya itu jalan yang
terbaik dari pada terus tersiksa dan tidak dianggap sebagai istri.
(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar